banner 728x90

Urban Farming dan Bank Sampah Untia Dapat Dukungan Ketua TP PKK Makassar

Kunjungan Ketua TP PKK Makassar ke TPS3R Untia tekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam pengelolaan sampah organik, pemanfaatan maggot, dan pengembangan pertanian perkotaan.

banner 325x300

NalarMedia.id, MAKASSAR — Ketua TP PKK Kota Makassar, Melinda Aksa, meninjau Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS3R) di Kelurahan Untia, Kecamatan Biringkanaya, Jumat (27/6/2025).

Kunjungan ini merupakan wujud komitmen TP PKK untuk memperkuat pengelolaan sampah berbasis masyarakat dan mendorong pengembangan urban farming di kawasan pesisir.

banner 728x90

Dorong Penguatan Komunitas Pengelola Sampah

Dalam tinjauannya, Melinda didampingi Camat Biringkanaya Juliaman, Lurah Untia Mulyadi Setiawan, serta perwakilan Dinas Lingkungan Hidup dan tokoh masyarakat. Mereka mengunjungi berbagai titik pengelolaan, termasuk bank sampah unit, TPS3R, area budidaya maggot, dan lahan pertanian warga.

Melinda mengapresiasi upaya warga dalam memilah sampah dari rumah tangga dan menerapkan sistem penjemputan sampah organik oleh satgas kelurahan. Sampah yang terkumpul kemudian didistribusikan ke bank sampah dan TPS3R untuk diolah lebih lanjut.

“Saya melihat Untia berpotensi menjadi wilayah percontohan pengelolaan sampah berbasis komunitas. Sistemnya sudah terbentuk, tinggal diperkuat dan disinergikan bersama,” ujarnya.

Maggot dan Kompos Jadi Solusi Lingkungan

Melinda menyoroti potensi besar dari sampah dapur organik. Saat ini, sekitar 40–50 kilogram sampah dapur per hari berhasil diolah menjadi pupuk kandang dan pakan budidaya maggot.

“Kalau dilakukan rutin, Untia bisa mendekati zero waste. Tapi ini butuh komitmen dari semua pihak: warga, kelurahan, kecamatan, dan dinas,” tegasnya.

Ia juga menyarankan penambahan bahan campuran tinggi protein untuk budidaya maggot serta pemanfaatan lalat mati sebagai media tanam. Hal ini selaras dengan konsep circular economy yang berkelanjutan.

Usulan Perbaikan Sistem dan Edukasi Warga

Melinda mengusulkan pemisahan waktu pengangkutan sampah organik dan anorganik agar tidak tercampur kembali. Ia juga mendorong penambahan unit bank sampah untuk menjangkau lebih banyak warga.

Menurutnya, program ini dapat terintegrasi dengan sektor perikanan, pertanian, dan ketahanan pangan rumah tangga.

“Urban farming bisa kita dorong di sini, untuk mendukung kemandirian pangan dan ekonomi berbasis komunitas,” jelas Melinda.

Ajak Kolaborasi Lintas Sektor

Di akhir kunjungan, Melinda menekankan pentingnya edukasi langsung ke masyarakat. Ia berharap perangkat daerah seperti DLH hadir aktif di lapangan, bukan hanya memberi instruksi, tapi juga membangun interaksi.

Kelurahan Untia sendiri dihuni sekitar 2.100 jiwa. Meskipun tingkat kepadatan rendah, wilayah ini menghadapi tantangan seperti terbatasnya akses air bersih. Menurut Melinda, hal ini perlu perhatian lintas sektor agar pembangunan berlangsung merata.

“Kita ingin Untia jadi contoh. Bukan cuma soal sampah, tapi bagaimana membangun budaya hidup bersih dan berdaya. Sinergi adalah kuncinya,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *