Hadiri Konferensi Internasional HISKI ke 34 di Unesa, Muliadi Presentasi Paseng Ugi Sarat Nilai-nilai Karakter suatu Telaah Hermeneutika

banner 325x300

MAKASSAR, NALARMEDIA — Wakil Dekan III Fakultas Sastra, Ilmu Komunikasi dan Pendidikan juga Dosen Program Studi Sastra Indonesia Universitas Muslim Indonesia Dr. Muliadi, M. Hum bertindak sebagai presenter pada Konferensi Internasional Kesusastraan yang ke-34 diselenggarakan Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) yang bekerjasama Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Penyelenggaraan event tahunan tersebut berlangsung 10-12 Oktober 2025 lalu, di Graha Wiyata Hall BPPM Jawa Timur (Jatim) Surabaya.

Dalam presentasi ilmiahnya, Muliadi membahas terkait Paseng Ugi Sarat Nilai-nilai Karakter suatu Telaah Hermeneutika. Ia menjabarkan Pappaseng berisi nasihat.

Muliadi mengatakan Pappaseng/paseng merupakan bagiansastra (sastra lama) karena memakaidiksi yang selektif, padat, dan indah.

Pappaseng mulanya hanya dalambentuk lisan kemudian dibukukan supaya terlestarikan. Pappasengmengandung nilai-nilai karakter yang bersifat multikultural, cocok/dibutuhkan pada setiap zaman, seperti nilai-nilai kejujuran.

“Artikel ini bertujuan untuk mengkaji nilai-nilai karakter  dalam pasengyang terpilih dari  LATOA dan atausumber lainnya. Sumber tersebut akan dipilihbeberapa paseng untuk ditelaah dan paseng yang dipilih adalah yang bernuansa lempu (jujur), getteng(tegas), dan barani (berani),” papar Muliadi.

Menurut Muliadi, Sastrawan masa lalu/folklor menyembunyikanidentitasnya karena ia (mereka) menganggap bahwaapa yang diciptakannya adalah milik kita bersama. Prinsip tersebut menjadi pegangan bagi para sastrawan masa lalu/ nenek moyang kita.

“Sastra/paseng merupakan  ekspresi pikiran dan perasaan manusia, baik secara lisan maupun secara tertulis. Bahasa adalah komponen budaya yang sangat penting yang memengaruhi penerimaan, perasaan, dan kecenderungan manusia   untuk bertindak,” ucapnya.

Berdasarkan hasil dan pembahasan Muliadi menyebut ada banyak nilai-nilai yang terkandung dalam Paseng Ugi. Antara lain

Nuansa Alempureng/Lempu (Kejujuran) yang mengatakan Makkȇdai Kajaolaliddo, iana ri obbireng, Arumpone, makkȇdae aja muala tane-ttanȇng tania tane-ttanȇmmu, aja muala waramparang tania waramparammu, tania to mana’mu, aja’ to mappassu tedong, natania tedommu, ȇnrȇnngeannyarang, tania annyarammu, aja to muala aju ripasanre’, nataniko pasanre’I, aja to muala aju riwȇtta wali nataniko mpȇttawaliwi (1995:105) 

Terjemahan

Berkata Kajaolaliddo, adapun yang diserukan, hai Arumpone, ialah jangan mengambil tanaman yang bukan tanamanmu, jangan mengambil harta benda yang bukan harta bendamu, bukan pula pusakamu, jangan mengeluarkan kerbau (dari kandangnya) kalau bukan kerbaumu, serta kuda yang bukankudamu, jangan mengambil kayu yang tersandar, kalau bukan engkau yang menyandarkannya, juga jangan mengambil kayu yang kedua ujungnya tertetakkalau bukan engkau yang menetaknya.

Nuansa Amaccangeng/Macca (Intelek/Cendikia) Petta Matinroe ri Tanana

Makkedai matinroe ri tanana, ri ana’na eppona, nakko engka kedo ri nawa-nawammu, itai cappa’na, apa’ duampuangeng ritu kedo ri nawa-nawae, seuani, kedo madeceng, maduanna kedo maja’, nakko kedo madeceng, rakka-rakkaiwi mupogau, bara natulukko Allah Taala, najaji masiga’, nakkokedo maja’ ammatu-matuanngi, bettuanna, aja murakka-rakkaiwimupogau’, bara namaseakko Allah Taalah tenna jaji jae riko, matellunna, aja mualai pong ada makkuraie, de’ namaga ri addaiang tannga’na makkunraie, nakko makkunrai padapi nawa-nawanna, maeppana, nakoengka melo mupogau patanngariwi pabbicarae, enrennge sininna pakkatenniade’e  ri wanuae, samaturu po mupogau. (1995:109). 

Terjemahan:

Berkata Matinroe ri Tanana kepada anak dan cucu, jika ada gerak dalamangan-anganmu, lihatlah kepada kesudahannya, karena sesungguhnya adadua macam gerak, yakni yang baik dan yang buruk.

Kalau itu adalah gerakyang baik, segeralah melaksanakannya, semoga engkau ditolong oleh Allah Taala, sehingga segera terwujud. Kalau itu adalah gerak yang buruk, bermalas-malaslah, artinya jangan engkau segera memperbuatnya, semogaengkau ditolong oleh Allah Taala, sehingga tidaklah berlangsung keburukanitu pada dirimu; ketiga jangan jadikan pokok (pedoman) kata-kata.

Keempat nilai, yaitu kejujuran, keintelektualan, keberanian, ketegasan/konsistensi merupakan suatu kesatuan yang utuh yang harus dimiliki oleh manusia Bugis-Makassar atau  manusia secara keseluruhan untuk dapat dikatakan sebagai manusia yang berdedikasi dan atau bertanggung jawab.

“Keempat nilai tersebut bukan sebagai pilihan, tetapi seharusnya dimiliki oleh setiap person dan terutama kepada yang diberikan amanah sebagai pemimpin,” tandasnya. (rls/red).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *