MAKASSAR, NALARMEDIA — Tim dosen Universitas Muslim Indonesia (UMI) sukses melaksanakan program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Unggulan bertema “Pengembangan Media Terapi Motorik Halus Anak Autis Berbasis Simulasi Proses Produksi Mini” di Sekolah Luar Biasa (SLB) Autis Bunda, Kota Makassar. Kegiatan ini menjadi terobosan baru dalam pengembangan terapi edukatif bagi anak dengan spektrum autisme.
Program yang dipimpin oleh Ir. Arfandi Ahmad, S.T., M.T. dari Fakultas Teknologi Industri UMI bersama Dr. Nurfathana Mazhud, S.Pd., M.Pd. dari Fakultas Sastra, Ilmu Komunikasi, dan Pendidikan UMI ini berfokus pada pengembangan media terapi yang menyerupai proses kerja sederhana seperti menyortir, meronce, merakit, hingga mengemas benda kecil. Konsepnya diadaptasi dari sistem kerja industri, namun disederhanakan agar aman, menarik, dan mudah digunakan anak autis.
“Kami ingin menghadirkan media terapi yang bukan hanya menarik, tapi juga melatih koordinasi tangan, fokus, dan kemandirian anak. Pendekatan simulasi proses produksi mini ini terbukti lebih efektif dibanding terapi konvensional,” jelas Ir. Arfandi Ahmad, ketua tim pelaksana PKM.
Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga bulan di SLB Autis Bunda, Kelurahan Bulurokeng, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar. Melibatkan guru, terapis, orang tua siswa, serta dua mahasiswa pendamping — Shaddam Zainal dan Indi Amelia — program ini menggabungkan unsur pelatihan, implementasi langsung, pendampingan, hingga evaluasi hasil terapi.
Pada tahap pelatihan, lebih dari 80% peserta (guru dan orang tua) mampu menggunakan media dengan baik. Media kemudian diujicobakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas, dan hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan: sekitar 70% siswa mengalami kemajuan pada kemampuan motorik halus, khususnya dalam aktivitas meronce dan menyusun benda kecil. Anak-anak juga tampak lebih fokus dan antusias mengikuti sesi terapi karena bentuk medianya menyerupai permainan.
“Anak-anak lebih tertarik, mereka belajar sambil bermain. Guru dan orang tua pun kini memiliki panduan yang bisa digunakan di rumah, sehingga latihan bisa berlanjut tanpa harus menunggu sesi terapi formal,” ungkap Nurfathana Mazhud, anggota tim PKM.
Selain memberikan manfaat langsung bagi anak-anak, kegiatan ini juga meningkatkan kapasitas guru dan orang tua dalam mendampingi terapi. Tim dosen menyerahkan satu paket media terapi lengkap dengan modul pelatihan kepada pihak sekolah agar dapat digunakan secara berkelanjutan. Ke depan, tim UMI berencana memperluas penerapan media ini ke sekolah inklusi lain di Makassar dan sekitarnya.
Kepala SLB Autis Bunda menyampaikan apresiasi atas kontribusi dosen UMI dalam mendukung pendidikan inklusif. “Program ini sangat bermanfaat. Media yang dikembangkan bukan hanya membantu anak-anak, tapi juga memberi kami inspirasi untuk terus berinovasi,” ujarnya.
Program PkM ini juga sejalan dengan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), di mana mahasiswa terlibat langsung dalam kegiatan sosial edukatif di luar kampus. Selain menjadi sarana pembelajaran praktis, kegiatan ini turut berkontribusi terhadap pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) universitas, seperti keterlibatan dosen dan mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat.
Dengan keberhasilan program ini, UMI menegaskan komitmennya dalam menghadirkan solusi nyata bagi masyarakat melalui inovasi lintas disiplin ilmu — menggabungkan prinsip teknik industri dan pendidikan inklusif — untuk menciptakan lingkungan belajar yang adaptif, ramah anak, dan berkelanjutan.
Kata Kunci: PKM UMI, SLB Autis Bunda, Media Terapi Motorik Halus, Anak Autis, Simulasi Proses Produksi Mini, Pendidikan Inklusif (rls/red).















