Hikayat, Kelompok Musik Kreatif Asal Kota Makassar, Usung Musik Khas Arab

Kelompok musik kreatif asal Kota Makassar, Hikayat mengusung musik khas arab. (ist)
banner 325x300

MAKASSAR, NALARMEDIA — Paruh akhir dekade 2010 hingga 2020-an di Kota Makassar, tumbuh ragam kelompok-kelompok seni religius yang lebih terkonsentrasi pada jenis musik pengiring lagu-lagu salawat dan sejenis qasidah modern seperti tim hadroh marawis dan gambus.

Tidak dapat dipungkiri, proses tumbuh kembang komunitas itu tentu sangat ditopang oleh keberadaan para anak muda yang kerap mengisi pentas Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) yang disebut qori atau qoriah.

banner 728x90

Sebuah peristiwa seni melagukan ayat-ayat suci Al-qur’an yang digelar sekali setahun hingga ke panggung nasional.

Di sela aktivitas belajar dan mempersiapkan diri untuk meraih predikat terbaik dalam pagelaran itu, mereka lalu dipanggil dan dipercaya untuk mengisi acara-acara
keagamaan.

Kesempatan mengisi acara itu mereka
dapatkan lewat relasi pertemanan dan juga melalui Event Orgenizer yang bernuansa islam seperti Riri Islamic Orgenizer dan beberapa Wedding Orgenizer lainnya di Makassar.

Selain menjadi pengisi hajatan keagamaan sebagai pelantun ayat-ayat dengan lagu tilawah yang indah dalam
Al-qur’an, menjadi imam tarawih tiap bulan Ramadhan, menggemakan syair-syair salawat dalam kitab Al-barzanji, di antara mereka juga memiliki sumber daya dan skil memainkan beberapa alat musik.

Kenyataan adanya sumber daya ini lalu membawa mereka menjuarai beberapa pentas salawat nasional.

Hal inilah yang membuat individu di dalamnya menemukan bentuknya dan membangun komitmen bersama.

Berbekal sumber daya itu, ditambah sekelumit pengalaman dalam mengisi acara, perjumpaan dengan banyak jejaring, terlebih cita-cita bersama untuk terus tumbuh berkarya dan belajar mandiri menjadi cikal bakal lahirnya Hikayat.

Secara harfiah, Hikayat dapat berarti kisah atau cerita perjalanan.

Nama itu diambil sebagai makna bahwa komunitas ini tidak terjalin begitu saja secara insidental, melainkan terlahir dari sebuah cerita yang panjang dan ragam latar belakang individu yang ada di dalamnya.

Meski dalam perjalannya begitu banyak dinamika yang mengancam keberadaan kelompok muda ini, tetapi mereka tetap mampu menempatkan solidaritas dan kebersamaan secara proporsional di dalamnya menjadi alasan mengapa saat ini mereka masih sanggup bertahan.

Membangun eksistensi sebagai kelompok musik kreatif di Kota Makassar tentu tidak mudah. Apalagi membawakan musik khas arab atau akrab disebut lagu ‘padang pasir’.

Ya, memiliki tantangan tersendiri di tengah gempuran lalulintas media sosial, di mana individu atau kelompok dapat dengan mudah populer hanya menyanyikan kembali sebuah lagu karya milik orang lain (cover lagu).

Pada musik arab terdapat kekhasan tersendiri yang membuat genre ini memiliki keunikan serta tingkat kesulitan dalam menyanyikan dan memainkan instrumennya.

Di dalamnya terdapat nada atau irama yang biasa dipakai para qoriqoriah pada saat membaca ayat Al-qur’an dengan gaya tilawah. Irama-irama itu di antaranya seperti bayyati, hijaz, rost, nahawand dan lain-lain, tentu dengan tingkat variasi dan kesulitannya masing-masing.

Hikayat sendiri kerap membawakan lagu-lagu yang memiliki muatan salawat dan sanjungan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW seperti karya penyanyi tersohor berdarah Lebanon, Maher Zain.

Selain itu karya-karya Mesut Kurts, Nancy Ajram dan bahkan lagu-lagu penyanyi legendaris Ummu Kulsum menjadi referensi kelompok yang mulai
menggunakan nama Hikayat pada akhir tahun 2023 kemarin ini.

Begitu juga dalam memainkan instrumennya seperti gambus, biola ataupun keyboard. Dalam musikalisasi arab, terdapat sebuah note atau nada yang disebut dengan nada sika, atau nada setengah. Nada itu bila ditempatkan pada genre musik selainnya akan terkesan salah karena memang
nadanya false atau sumbang. Tetapi nada false itulah yang justru menjadi ciri khas dan memperkaya jenis musik tersebut.

Pilihan Musik Sinwan Thohir sebagai seorang vokalis, misalnya. Pria kelahiran Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) ini rupanya merupakan nominasi terbaik dalam ajang MTQ Tingkat Sulawesi Barat di tahun 2020.

Selain itu dirinya juga merupakan salah satu muadzzin di Masjid Al-markaz Makassar.

Memotret kiprah sumber daya yang ada dalam Hikayat saat ini, memang terdapat potensi untuk membangun dan mengembangkan musik bergenre arabik ini.

Dalam daftar penyanyi Hikayat lainnya ada Azizah Luthfiah Syam dan Nurul Asyfiyah Suardi. Azizah atau lebih dekat dengan sapaan Cica, juga beberapa kali mendapatkan predikat juara dalam tiap helatan MTQ tingkat kabupaten
hingga provinsi. Bahkan di tahun 2020 ia meraih juara satu dalam suatu ajang berskala nasional yang digelar secara
daring pada masa pandemi.

Gadis kelahiran Maros ini sedang menyelesaiakn program kuliah pasca sarjananya di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Makassar. Semakin menambah karisma dan kemeriahan tiap penampilan Hikayat dengan hadirnya Nurul Asyfiyah Suardi. Qoriah sekaligus youtuber asal Tana Toraja ini juga menorehkan predikat terbaik dalam helatan MTQ yang mengantarnya tampil dalam mimbar tilawah tingkat nasional pada tahun 2019 di Provinsi Aceh.

Memiliki hobi bernyanyi, membuat gadis lulusan Fisioterapi ini termotivasi untuk membuat lagu-lagu cover di kanal youtubenya dan saat ini telah mendapatkan lebih dari 10 ribu subscriber.

Personel kekayaan musikalisasi Hikayat Gambus juga tentu ditopang dengan kehadiran para pemain musik yang memegang peranan penting. Dialah Ahmad Faiz Nur yang akrab disapa Fais. Kreatifitas jemarinya dalam menabuh darbuka menjadi salah satu hal yang tidak bisa dipisahkan. Skil inilah yang kerap mengantarnya mengisi berbagai macam acara formal dan non formal.

Dalam perjalanan aktivitasnya itulah
juga membawa pria kelahiran Makassar itu meminang seorang gadis yang kemudian dinikahinya pada 2023 lalu.

Di bagian musikalisasi Hikayat yang lain ada Hasan yang memainkan drum. Anak muda kelahiran Pangkep yang satu ini baru saja menjalani wisuda sarjananya pada akhir 2023 kemarin. Seperti halnya dengan personel lainnya, ia juga beberapa kali mengisi panggung MTQ yang digelar di daerahnya.

Lagu-lagu arabik sangat kental dengan instrumen gambus atau biola. Khususnya gambus atau oud dalam Hikayat, peran itu diampuh oleh Afdhal. Pria yang berasal dari kepulauan Pangkep itu mulai melakoni aktivitas performance sejak ia intens terlibat di salah satu penyelenggara keagamaan di Kota Makassar di tahun 2019.

Pengalaman membentuk suatu band masa sekolahannya serta perjumpaan dengan instrumen seperti hadroh marawis saat mondok di salah satu pesantren di Jawa Timur, menjadi
alasan ia dapat lebur ke dalam tim ini. Betatapapun Hikayat saat ini yang baru saja menapaki karirnya, tentu tidak lepas dari peran dan kehadiran media
sosial. Dialah Farhan yang kerap mengabadikan setiap momentum perjumpaan dan penampilan Hikayat.

Selain memainkan peran kerja dokumentasi, cowok kelahiran 2001 yang menyelesaikan SMA di Kabupeten Mamuju ini juga memiliki sederet
sumber daya yang dapat menopang keberadaan timnya.

Anak terakhir dari lima orang bersaudara ini selain juga acap kali tampil di arena MTQ, dirinya juga punya keahlian mengatur dan menginstalasi mixer audio dan sound system.
Semua pengalaman itu ia dapatkan saat dirinya beberapa kali terlibat dalam event yang dikolaborasikan dengan Riri Islamic Orgenizer di Kota Makassar Tahun 2024 ini adalah momentum yang sangat penting bagi Hikayat setelah vidio sholawatan bersama berjudul ‘Busyrolana x Salamulloh’
yang mereka upload di salah satu media sosial sudah digerubuti lebaih dari enam juta penonton dan telah dibagikan netizen sebanyak 16 ribu kali pada akhir desember 2023 lalu. Hal ini tentu merupakan pijakan awal yang positif sekaligus pekerjaan yang tidak ringan untuk tetap bertahan dan eksis di usia tim yang baru seumur jagung. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *