BONE, NALARMEDIA — Jika Anda melintasi jalur Bone-Sinjai, khususnya di Perbatasan kecamatan Mare-Tonra Anda akan menemukan puluhan lapak jualan semi permanen yang hanya berfungsi sekali dalam setahun, yakni pada Januari hingga Maret.
Tepatnya, saban awal tahun itu lagi musim durian. Ranum wangi “raja dari segala buah” semerbak seolah memanggil orang-orang yang melintas untuk singgah sejenak melepas lelah. Rasanya, legit.
Lokasinya berjarak 45 Km dari kota Bone tepatnya di Desa Samaenre, Kecamatan Tonra.
Buah yang dikenal kaya akan antioksidan dan serat ini berasal dari wilayah Tonra dan sekitaran. Bentuk dan rasanya seperti durian jenis lokal yang ada di Asia Tenggara lainnya.
Buah durian yang matang lalu dijajakan di lapak ini, di Samaenre, Kecamatan Tonra.
Musim durian di Tonra menjadi berkah bagi warga sekitar. Lantaran menjadi salah satu sumber penghasilan agar asap dapur tetap mengepul.
“Durian ini semuanya asli dari sini, dari Rappa, dari belakang bukit itu,” kata Nidar (50) seraya menunjuk ke bukit yang masih terlihat agak jauh di sebelah barat dari lapaknya.
“Walau bentuknya tidak lebih besar dari durian Moutong, tapi durian ini enak, masih segar karena ini buah jatuh dari pohon kemudian langsung dijual di sini,” tukasnya.
Musim durian, buah dengan nama latin ‘Durio Zibethinus’ ini menjadi berkah bagi Nidar, pundi-pundi penghasilannya bertambah, satu sampai dua juta per hari bisa didapatkan dari berjualan di lapak itu.
Harga durian Tonra ini bervariasi, dari harga Rp50ribu per ikat hingga Rp100ribu, tergantung kualitas dan bobot buah.
Selain itu hukum pasar juga menentukan, jika stok buah sedikit maka harga akan naik, namun jika stok melimpah harga akan lebih murah.
“Saya juga beli dari dalam, langsung dari pemilik pohon, saya perkirakan sampai masuk bulan puasa ini (Maret) masih ada durian di sini. Kalau sudah tidak ada durian, saya kembali lagi jadi petani,” pungkasnya.
Eti (35) Seorang warga kota Bone mengatakan jika lagi musim durian di Tonra dia bersama keluarga sengaja datang untuk membeli dan menikmati langsung di tempat.
“Kalau ada libur, sengaja memang datang ke sini, feel makan durian di tempatnya dapat, ada sensasi sendiri, beda kalau makannya di rumah,” tuturnya. (Waris Hasrat/red)