SALAH satu mitologi Jawa yang populer di Indonesia yaitu Ratu Adil. Dikemukakan oleh Raja Jayabaya dari Kediri pada abad ke-11.
Ini merupakan harapan akan datangnya pemimpin yang adil. Pemimpin yang akan mewujudkan negeri yang sejahtera, bahagia, aman dan damai.
Dalam ajaran Islam pemimpin yang adil juga sangat istimewa.
Golongan pertama yang akan mendapatkan perlindungan di Hari Kiamat yaitu pemimpin yang adil.
Salah satu pemimpin dalam sejarah Islam (selain Rasulullah dan 4 khulafaurrasyidin) yang dinilai sebagai pemimpin yang adil oleh para ahli yaitu Umar bin Abdul Aziz.
Beliau merupakan khalifah ke-8 dari Bani Umayyah yang memerintah pada tahun 717 – 720 M.
Apa saja karakter kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz?
Berdasarkan penelusuran dari berbagai sumber kami menemukan minimal 4 karakter yaitu: iman, ilmu, integritas, dan independen.
Karakter pertama yaitu iman, keyakinan kepada Allah. Keyakinan bahwa kepemimpinan adalah amanah bukan hanya dari manusia tapi juga dari Allah.
Kepemimpinan akan dipertanggungjawabkan kepada Allah kelak di Hari Akhirat. Itulah yang membuat Umar bin Abdul Aziz saat ditunjuk sebagai khalifah mengucapkan inna lillahi. Dia anggap sebagai musibah. Bukan sebagai nikmat.
Karakter kedua yaitu ilmu. Sejak kecil Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai murid ulama besar di zamannya. Ayahnya Abdul Aziz bin Marwan adalah Gubernur Mesir dan juga anak khalifah. Ibunya Laila binti Asim bin Umar bin Khattab.
Meskipun tinggal di istana, Umar bin Abdul Aziz dididik dengan ilmu agama. Apalagi ibunya adalah cucu Umar bin Khattab. Sangat memperhatikan ilmu agama untuk anaknya.
Pemimpin yang berilmu mendasari segala tindakan dan keputusannya kepada syariah, teori, best practice, pengalaman, dan intuisi yang dapat dipertanggungjawabkan. Melibatkan para ahli, ilmuwan, ulama, cendekiawan, dan diskusi dengan stakeholder untuk menghasilkan ide dan keputusan yang terbaik.
Sesuai ajaran agama, aturan negara, tata etika, norma masyarakat. Juga efektif-efisien, inovatif, solutif dan unggul. Saat menjadi Khalifah, Umar bin Abdul Aziz sering konsultasi dengan Hasan Basri, ulama besar di masa itu.
Karakter ketiga yaitu integritas. Pemimpin yang berintegritas senantiasa jujur, berkata benar, dan memenuhi janjinya. Juga tulus dan tanpa pamrih.
Tak ada udang di balik batu. Pikiran, perkataan dan perbuatannya suci dan sesuai. Segala yang dipikirkan, dikatakan dan diperbuat adalah hal yang baik, benar dan indah. Dikisahkan suatu hari saat sedang bekerja di malam hari, anaknya datang menemuinya.
Lampu yang dibiayai oleh negara dia matikan karena anaknya datang membicarakan urusan keluarga. Bagi Umar bin Abdul Aziz urusan keluarga tidak boleh menggunakan fasilitas negara.
Beliau juga keras dan tegas dalam mengawasi integritas di kalangan Gubernur dan pejabatnya. Jika ada pejabat yang memiliki harta tidak wajar dari hasil korupsi, ia akan dipecat dan hartanya disita.
Diberlakukan tanpa pandang bulu, meskipun kepada anggota keluarganya. Pejabat yang dipecat akan digantikan oleh orang yang berintegritas meskipun bukan anggota keluarganya.
Karakter keempat yaitu independen. Merdeka karena tidak memiliki masa lalu yang tercela yang dapat membuatnya tersandera. Juga tidak memiliki utang politik karena terpilih tanpa promotor atau pemodal. Umar bin Abdul Aziz ditunjuk sebagai khalifah karena wasiat khalifah pendahulunya. Padahal beliau bukan putra mahkota.
Ditunjuk karena dipandang cakap, berilmu, ahli ibadah dan bertakwa. Beliau menolak tapi dipaksa menjadi khalifah. Itulah yang membuatnya merdeka. Tidak ada konflik kepentingan antara diri sendiri/keluarga/kelompok dengan wewenang yang dimiliki.
Hal ini membuatnya dapat berlaku adil, lurus, tidak memihak, menegakkan aturan tanpa pandang bulu.
Berbekal 4 karakter kepemimpinan: iman, ilmu, integritas, dan independen maka Umar bin Abdul Aziz dapat menjadi pemimpin yang adil. Pemimpin yang dicatat dalam sejarah dengan tinta emas. Dalam waktu 2 tahun 4 bulan berhasil mewujudkan negeri Islam yang adil, makmur, dalam ridha Allah. Dikisahkan pada masa itu petugas zakat sulit mencari kaum fakir dan miskin untuk diberikan zakat.
Semoga bangsa Indonesia yang akan memilih Presiden dan Wakil Presiden pada 14 Februari 2024 dapat memilih pemimpin yang adil.
Pemimpin yang memiliki iman, ilmu, integritas dan independen. Selamat menggunakan hak pilih dengan baik, benar dan bertanggung jawab. (Direktur Sekolah Islam Athirah, H. Syamril, ST., M.Pd/red)