BONE, NALARMEDIA — Jalan terjal mewarnai perjalanan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Forum Pendamping Pemerhati Anak Indonesia (PKBM FP2AI) Kabupaten Bone.
Lembaga yang resmi terbentuk mulai Juli 2016 memiliki kisah perjalanan yang menguras tenaga, hati, dan pikiran. Nyata bentuk pengabdian.
Kehadiran PKBM FP2AI Kabupaten Bone menebar kebaikan. Termasuk mendorong hadirnya kesetaraan.
Semula, lembaga ini lahir pada 2012. Seiring adanya program Kementerian Tenaga Kerja. Namanya, Progam Pengurangan Pekerja Anak untuk mendukung Program Keluarga Harapan (PPA-PKH).
Program ini bekerja sama dengan lima stakeholder yang disebut tim teknis yaitu, Dinas Sosial, Kemenag, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan Binmas Polres.
Program ini bertujuan untuk menarik kembali anak yang putus sekolah untuk kembali ke dunia pendidikan baik formal maupun non formal.
Syarat menjadi peserta program ini adalah, anak usia 9 hingga 17 tahun, putus sekolah dan berasal dari keluarga tidak mampu dan bekerja.
Semula PKBM FP2AI beranggotakan sembilan orang yang direkrut oleh Kemnakertrans untuk mendampingi anak penerima manfaat sebanyak 90 orang anak. Rasionya 10 anak didampingi 1 orang pendamping. Datanya dari pusat.
Setelah mengetahui anak tersebut, PKBM FP2AI kemudian menjemput anak tersebut untuk dimasukkan ke shelter. Mereka diinapkan selama 30 hari.
Pada program ini ada yang namanya pendamping melayani kebutuhan anak yang sudah disediakan sekaligus memberikan materi-materi non akademik.
Sebelum anak-anak ini keluar shelter, PKBM FP2AI sudah melakukan pemetaan siapa yang akan lanjut ke formal dan non formal.
Karena untuk lanjut ke formal, PKBM FP2AI mendaftarkan di sekolah yang terdekat dari tempat tinggal peserta.
Sementara untuk yang non formal didaftarkan di PKBM.
Program PPA ini berlangsung selama 7 tahun dari 2012 hingga 2019 dengan jumlah anak keseluruhan 1.667 orang.
Lalu, di tahun kedua PKBM FP2AI melihat bahwa kebutuhan anak untuk didampingi tidak hanya sampai masuk sekolah, tetapi sampai mereka lulus.
Maka pada 2013, PKBM FP2AI sepakat untuk mendirikan LSM Forum Pendamping Pemerhati Anak yang diinisiasi oleh 23 orang pendamping. Apalagi kuota Kabupaten Bone bertambah menjadi 230.
Alhasil, pendamping juga bertambah menjadi 23 orang, begitu seterusnya.
“Kami merasa perlu untuk mendirikan PKBM sendiri, salah seorang yang mensupport kami yaitu Bapak Nursalam Sekdis Dinas Pendidikan, maka di tahun itulah kami mengurus izin operasional untuk menjalankan PKBM, yang kami beri nama sama dg LSM kami yaitu PKBM FP2AI,” ungkap Ketua PKBM FP2AI Kabupaten Bone, Mastiawaty, Ahad (10 Maret 2024).
Peserta didik PKBM FP2AI awalnya sekitar 300-an anak. Karena sebagian masih dititip di PKBM lain untuk didaftar.
Barulah pada 2019 setelah diakreditasi PKBM FP2AI bisa mengadakan ujian sendiri.
“Di tahun ini peserta kami sudah mencapai 700-an peserta didik. Sudah bercampur dengan peserta umum,” tuturnya.
Mastiawaty menceritakan, Sekretariat pertama beralamat di Jalan Badak No. 22 samping Masjid Raya pada 2013.
“2014, Kami (PKBM FP2AI, red) pindah di Jalan Masjid samping kanan Losmen Nasional kemudian 2016, kami pindah di tempat yang sekarang,” lanjutnya.
Untuk biaya kontrak dari 2013 hingga 2016, diakui Mastiawaty masih urunan antar pengurus.
Setiap terima honor sebagai pendamping menyetor Rp100 ribu per orang selama lima kali dalam setahun.
“Karena kontrak kami 5 bulan diperbaharui tiap tahun. Untuk 2017 biaya kontrak kami sisihkan dari Dana BOP (biaya operasional pendidikan, red),” sebut Mastiawaty.
Diakui Mastiawaty, perhatian Pemkab Bone dalam mendukung kelangsungan PKBM FP2AI Kabupaten Bone, begitu tinggi.
Hal itu bisa dilihat melalui sokongan anggaran yang dialokasikan.
Tidak hanya pemerintah, dukungan dari pihak luar kepada PKBM FP2AI Kabupaten Bone, luar biasa. Seperti yang ditunjukkan Surya Indah Group.
Rasa suka dan duka mengiringi jalan perjuangan PKBM FP2AI Kabupaten Bone. Demikian kehidupan para pendamping.
“Tidak ada yang pergi karena marah atau kecewa,” kunci Mastiawaty. (red)