banner 728x90

Syahrullah Sanusi Tanggapi Kritik Pemuda yang Alergi Renstra

Aktivis, Syahrullah Sanusi. (ist)
banner 325x300

MAKASSAR, NALARMEDIA — Pemerintah Kota Makassar di bawah nakhoda Wali Kota Munafri Arifuddin sudah melewati 100 hari kerja.

Beberapa pendapat bermunculan terkait hal tersebut. Banyak yang berkomentar optimis dengan melihat sekitar tiga bulan kepemimpinan Munafri.

banner 728x90

Namun ada juga yang pesimis. Salah satu komentar pedas menilai lelaki yang akrab disapa Appi gagal di 100 hari jabatannya karena hanya menghasilkan dongeng renstra.

Komentar itu ditanggapi Syahrullah Sanusi yang merupakan aktivis perencana wilayah saat di temui di salah satu warung kopi legendaris di Kota Makassar.

Saat ditanyakan mengenai komentar tersebut, ia menilai narasi tersebut merupakan hal yang tidak berdasar dan cenderung ‘ngawur’.

Lulusan Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah ini menilai komentar tersebut terlalu tendensius dan penuh kepentingan.

Menurutnya Rencana Strategis hal yang fundamental dalam pembangunan.

“Dalam ilmu manajemen, ada yang disebut POACE. Planning, Organizing, Actuating, Controling, dan terakhir Evaluating. Ini pengetahuan dasar organisasi juga. Tapi yah, mungkin orang yang menganggap Renstra sebagai dongeng, memang tidak tidak tahu berorganisasi. Karena katanya dia suka mengaku-mengaku. Atau bisa saja anu disuruh ji,” ujarnya.

Menurut pria yang akrab disapa ulla ini, 100 Hari kerja jika dipersentasikan dengan seluruh masa Jabatan wali kota sesuai amanat konstitusi, hanya 5 persen.

Sehingga hal itu masih terlalu dini untuk menyimpulkan hasil kerja Munafri Arifuddin sebagai Wali Kota, apalagi ini baru Periode pertama beliau.

“Kalau seratus hari kerja berarti baru 5 persen dari 5 Tahun toh. Masa sudah sudah seenaknya judge kualitas kerja kepala daerah. Saya yakin ada yang salah dari caranya berpikir” pungkasnya.

Syahrullah yang juga merupakan Pengurus KNPI Kota Makassar mengajak para pemuda untuk sama-sama mengawal pembangunan Kota Makassar.

Kritik menurutnya adalah hal yang penting. Namun Kritik yang dimaksud adalah kritik yang tanpa mens rea atau niat buruk.

“Kita ini sebagai Pemuda Kota Makassar sudah seharusnya ikut mengawal pembangunan Kota Makassar. Kritik tentunya boleh. yang penting tidak ada ‘mens rea’-nya. dan tidak kalah penting disertai data,” ungkapnya sambil menyeruput kopi hitam tanpa gula kesukaannya. (rls/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *