Kisah Tukang Batu Asal Gowa, Hobi Bola Ukir Prestasi Dunia Pencak Silat

Pesilat asal Kabupaten Gowa, Saldy berdiri di panggung dunia Tapak Suci di Malang. (ist)
banner 325x300

NAMANYA, Saldy. Usianya, 30 tahun. Bekerja sebagai tukang batu. Tidak jarang, apa pun dikerjakan yang penting halal, demi menghidupi tiga sang buah hati, Al Madinah (7), Al Afiah S (6) dan Muzzammil (3).

Siapa sangka Allah SWT punya rencana lain. Di tengah keterbatasan ekonomi, pesilat asal Kabupaten Gowa, Saldy mampu mengukir prestasi dunia lewat pencak silat.

banner 728x90

Saldy berdiri di panggung dunia Tapak Suci di Malang.

Gemuruh sorak sorai para atlet dari 24 negara ditambah 24 provinsi di Indonesia membahana di gedung olah raga Pertamina Universitas Brawijaya, tak membuat Saldy gamang.

Lelaki berpostur tubuh cukup tinggi, 175 cm, mencoba mengayuh harapannya dengan tatapan nanar ke matras pertandingan.

“Saya harus menang. Ini untuk anak-anakku. Ini untuk istriku,” tuturnya lirih, Rabu, 30 Juli 2025 sebelum pertandingan, dengan pakaian merahnya yang berstrip kuning.

Saat ia mampu menumbangkan lawan-lawannya yang cukup tangguh, seperti dari Banten dan Kalimatan—ada perasaan membuncah, ia berlari ringan ke tribun penonton bersalaman dengan para pelatih dan ofisial, saling berpelukan, bersalaman-ada air mata mengambang di sana.

“Luar biasa. Semangat, tunjukkan bahwa kamu bisa mengangkat nama Gowa,” ujar Rusmanto, Sekum Tapak Suci 177 Putra Muhammadiyah Gowa, Jumat, 1 Agustus 2025.

“Pendekar, doakan saya semoga saya bisa masuk final,” ucap Saldy.

Tapi toh impian itu tumbang di tangan Jabar. Ada kesedihan yang mendalam, menoreh luka yang cukup dalam. Menunduk keluar lapangan.

“Tidak apa-apa, prestasi ini sudah luar biasa. Tak semua atlet bisa capai seperti ini,” ujar Arifuddin Saeni, Ketua Pimda 177 Putra Muhammadiyah Gowa, sembari menyemangati.

Saldy yang beristrikan Fasrika, tidak menyangka, namanya akan menorehkan prestasi di dunia pencak silat–sebab, hobi yang digelutinya selama ini adalah sepak bola.

Bertemu dengan mentornya, Sidiq Maulana, membuat dia berubah haluan.

Di Tapak Suci, Saldy ditempa dengan latihan simultan. Tak heran, dalam waktu singkat pola permainan mulai terlihat.

“Kami lakukan observasi dan Saldy memiliki bakat yang bisa berkembang di dunia silat,” ujar Sidiq, Senin, 4 Agustus 2025. (rls/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *