Berita  

Syahrullah Sanusi: Mengkritiklah Tanpa Merusak Martabat Kemanusiaan

Syahrullah Sanusi. (ist)
banner 325x300

MAKASSAR, NALARMEDIA — Antonius Benny Susetyo pernah mengatakan, “saat ini di dalam ruang demokrasi tumbuh subur kritik yang tidak berdasarkan fakta dan data yang akhirnya hanya menghancurkan karakter manusia”.

Mengacu pada pernyataan tersebut, Syahrullah Sanusi memahami bahwa kritikan bagian dari Demokrasi.

banner 728x90

“Kita semua butuh kritikan agar dapat membangun kesadaran etis. Tapi pada kenyataannya, dimasa sekarang ini, tidak jarang kritik lebih semata mata menghancurkan Demokrasi,” ungkap Syahrullah Sanusi, Selasa 5 Agustus 2025.

Bagi Syahrullah Sanusi, kritikan terhadap Pemerintahan Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman dari salah satu oknum tidak sesuai fakta, data, dan kenyataan.

“Ujungnya hanya mencari sensasi dan tidak dapat memberikan solusi. Menyinggung pemerintahan yang harmonis, mengarahkan kritikan yang hanya provokatif, dan mungkin sangat di luar batas dengan menghancurkan karakter seseorang dengan menghadirkan berbagai argumentasi,” tutur Syahrullah.

“Saya pahami bahwa selalu ada dialektika di dalam demokrasi. Semua bebas berargumentasi data dan fakta meskipun berbeda. Yang tidak wajar ketika semua itu berujung kepada menghancurkan karakter seseorang. Ujungnya hanya buli,” lanjutnya.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan jelas butuh orang kritis tapi dalam arti bukan menyalahkan saja, tetapi kritikan mampu membangun dan memberi solusi untuk bersama sama mendukung visi misi Provinsi Sulawesi Selatan Maju dan Berkarakter.

“Masyarakat Sulawesi Selatan saat ini seolah diarahkan pada kondisi demokrasi kegagapan oleh berbagai oknum. Sekali lagi saya ulangi kritik tidak boleh merusak martabat kemanusiaan,” tegasnya.

Syahrullah Sanusi sering melihat fenomena keadaan sering sekali dijadikan sasaran memanipulasi, itu bukan kritik. Antara kenyataan, data, dan fakta harus seimbang, sehingga bisa dikatakan kritik.

“Yang terpenting tidak ada kritik yang merusak martabat kemanusiaan. Kembali saya mengutip perkataan Antonius Benny Susetyo, ‘Kesadaran etis dapat membangun ruang Demokrasi. Sadar akan beragumen, dan sadar membangun wacana maka itulah ruang Demokrasi yang tepat. Ruang demokrasi membutuhkan ruang publik yang sehat dan terbebas dari penghinaan pribadi’,” ungkapnya.

“Ruang demokrasi membutuhkan ruang publik yang sehat dari unsur kebencian, penghinaan pribadi, serta rekayasa kebohongan,” tutupnya. (rls/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *