Jaringan Telkomsel Kuat, Bantu Ekonomi Masyarakat Desa Bontojai Melesat

Kepala Desa (Kades) Bontojai, Kecamatan Bontocani, Andi Alimuddin bersyukur bisa melakukan komunikasi tanpa hambatan dengan hadirnya sinyal Telkomsel yang kuat.
banner 325x300

BONE, NALARMEDIA — Masyarakat Desa Bontojai, Kecamatan Bontocani, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, bersyukur bisa menikmati jaringan Telkomsel kuat.

Kehadiran jaringan Telkomsel yang memadai ini, membantu perekonomian masyarakat di daerah pelosok Kabupaten Bone ini bisa melesat.

Bukan tanpa alasan, jarak pusat perkotaan Bone dengan Desa Bontojai yang berada pada ketinggian 1.200 Mdpl, terbilang jauh. Kurang lebih Rp80 Km dengan kondisi infrastruktur yang butuh perhatian serius.

Kepala Desa (Kades) Bontojai, Kecamatan Bontocani, Andi Alimuddin mengatakan, total ada 674 KK di Desa Bontojai.

Keberadaan sinyal Telkomsel, membawa keberkahan bagi masyarakat desa. Tidak hanya bisa mendongkrak perekonomian keluarga, juga membantu akses telekomunikasi dengan buah hati yang menempuh pendidikan di Kota Makassar.

“Ada ratusan mahasiswa Bontojai yang kuliah di Makassar. Mereka tersebar di Universitas Hasanuddin, UNM, dan UIN. Jadi orang tua bisa dengan mudah menelepon anak-anaknya untuk memberikan motivasi dan wejangan agar serius kuliah,” kata Andi Alimuddin, kepada Nalarmedia, Ahad (31 Agustus 2025) malam.

Desa Bontojai menjadi satu-satunya desa dari 10 desa dan satu kelurahan yang ada di Kecamatan Bontocani yang memiliki kualitas sinyal Telkomsel yang stabil dan kuat.

“Ini tidak lepas dari hadirnya tower Telkomsel di sini,” ungkapnya.

99 persen masyarakat Bontojai berprofesi sebagai petani kopi, padi, cengkeh, dan kemiri. Sinyal kuat Telkomsel membantu arus informasi perdagangan masyarakat.

Dengan sinyal Telkomsel yang kuat ini, kata Kades Bontojai, membantu masyarakat bisa mendapatkan perkembangan informasi terkait harga terkini ketika akan melakukan transaksi dengan pedagang.

“Jadi dengan kualitas jaringan Telkomsel yang bagus, sangat membantu masyarakat. Jadi petani tidak mudah dipermainkan soal harga, mereka bisa lebih tahu perkembangannya,” tuturnya.

Dengan kondisi demikian, kata Andi Alimuddin, rata-rata pendapatan masyarakat di Desa Bontojai berada di kisaran Rp50-60 juta per tahun.

Meskipun mendorong terwujudnya desa digital, Kades Bontojai tidak lupa memberikan atensi kepada seluruh perangkat desa dan masyarakat untuk tidak terlibat dalam judi online (Judol).

“Saya bersama perangkat desa gencar mengingatkan warga untuk tidak melakukan Judol. Bahayanya luar biasa. Target kami agar Desa Bontojai zero Judol dan narkoba,” tandasnya.

Olehnya itu, Kades Bontojai mendorong digitalisasi di desa dengan tetap mengedepankan norma-norma sosial dan hukum kepada seluruh masyarakat. (Muhammad Ashri Samad)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *