JAKARTA, NALARMEDIA – Banyak pembahasan menarik tersaji dalam Indonesia Sports Summit 2025 yang berlangsung di Indonesia Arena, 6–7 Desember.
Salah satu sesi konferensi di event itu mengangkat tema “Sports and Education, Building the Next Generations of Athletes”.
Dalam sesi tersebut, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) sebagai penyelenggara mempertemukan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti dengan CEO sekaligus Founder DBL Indonesia, Azrul Ananda.
Pertemuan ini dianggap sebagai momentum penting bagi pengembangan olahraga pelajar di Indonesia.
Abdul Mu’ti menjelaskan bahwa di pendidikan dasar dan menengah terdapat dua domain keolahragaan, yaitu olahraga kesehatan dan olahraga prestasi.
Keduanya kini sedang didorong untuk dioptimalkan melalui berbagai pendekatan, termasuk kolaborasi lintas-sektor.
“Terkait olahraga prestasi, kami sedang menyiapkan sejumlah kebijakan pengembangan talenta dan mitigasi bakat keolahragaan sejak dini. Pengembangannya melalui dua jalur, yaitu sekolah dan luar sekolah,” ujar Abdul Mu’ti.
Ia menegaskan bahwa pengembangan olahraga di luar sekolah membutuhkan keterlibatan banyak pihak, termasuk swasta.
“Termasuk dengan DBL. Apalagi DBL sudah konsisten selama 21 tahun dalam pengembangan olahraga pelajar dan student-athlete,” tambahnya.
Sementara itu, Azrul Ananda menyampaikan kebahagiaannya karena DBL Indonesia akhirnya dapat duduk bersama dua kementerian yang memiliki peran besar dalam olahraga pelajar, yakni Kemenpora dan Kemendikdasmen.
Azrul mengatakan, selama ini DBL Indonesia banyak membahas soal olahraga pelajar hanya dengan Kemenpora.
“Makanya itu saya harus berterima kasih pada Bang Erick (Erick Thohir, Menpora). Lewat acara ini, setelah DBL berjalan 21 tahun, baru kali ini kami bisa duduk bersama untuk membahas bagaimana olahraga pelajar dapat dikembangkan bersama,” kata Azrul.
Azrul menambahkan bahwa DBL Indonesia telah memahami berbagai problematika yang dihadapi sekolah dalam pembinaan olahraga pelajar dan potensi student-athlete.
“Kami banyak mendengarkan keluhan sekolah-sekolah, terutama sekolah negeri, Pak Menteri. Kami memahami tantangan mereka. Karena itu, kami sangat bahagia ada kesempatan berkolaborasi dengan Kemendikdasmen dan Kemenpora. Kami yakin ini dapat menjadi momentum penting bagi pengembangan olahraga pelajar di Indonesia,” jelasnya.
Salah satu kolaborasi yang diharapkan DBL Indonesia untuk mengembangkan olahraga pelajar adalah pengakuan resmi dari Kemendikdasmen terhadap prestasi student-athlete di DBL.
Pengakuan ini dinilai dapat membuka peluang baru bagi pelajar, termasuk akses beasiswa di perguruan tinggi negeri melalui sertifikat kompetisi yang diakui.
Dengan pengakuan itu, ada mimpi tambahan yang bisa dikejar peserta DBL.
Selama ini para peserta DBL memang mengejar sejumlah mimpi. Ada yang bermimpi masuk DBL Camp (program pelatihan basket yang dibuat DBL) atau bermimpi menjadi bagian skuad DBL Indonesia All-Star (skuad terbaik pilihan DBL yang punya sejumlah privilege).
Dukungan Kemendikdasmen sangat penting karena selama ini kompetisi DBL sangat masif.
Dalam 21 tahun perjalanannya, DBL telah hadir di 31 kota di Indonesia, dari Aceh hingga Papua. Setiap tahun lebih dari 42 ribu pelajar mengikuti kompetisi ini. Mereka berasal dari lebih dari 1.000 sekolah dan terlibat dalam lebih dari 2.500 pertandingan.
Masifnya kompetisi DBL itu buah dari konsistensi dalam pembinaan olahraga pelajar, khususnya basket. Apalagi DBL membawa misi partisipasi, bukan semata-mata prestasi.
Prinsip ini diambil karena tidak semua pelajar ingin menjadi atlet, sementara jalur menuju karier profesional juga masih terbatas.
Namun DBL meyakini bahwa semua pelajar tetap harus memiliki fisik yang sehat—dan kompetisi olahraga menjadi salah satu jalur efektif untuk membentuknya.
Dalam perjalanannya, DBL berkembang bukan hanya sebagai kompetisi, tetapi juga sebagai bagian dari sport industry yang membawa beragam dampak positif.
Selain mendorong pelajar untuk aktif bergerak, perkembangan ini turut memicu pertumbuhan ekonomi di sektor olahraga.
Meningkatnya partisipasi pelajar dalam olahraga basket membuat klub-klub baru bermunculan. Kebutuhan akan pelatih basket pun meningkat, termasuk pelatih untuk tim sekolah peserta DBL.
Sejak DBL berkembang, honor pelatih basket sekolah mengalami peningkatan signifikan. Banyak mantan pemain profesional kini memiliki jalur karier baru sebagai pelatih—hal yang sebelumnya sulit terjadi karena belum ada kebutuhan pelatih yang besar di ekosistem basket pelajar. (rls/red)















