HJB dan Asa Peremajaan Pohon Lontar

Pj Bupati Bone, Andi Islamuddin (tengah) diapit Pj Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin dan Kapolda Sulsel, Irjen Pol Andi Rian Ryacudu Djajadi (kiri) yang sama-sama mengenakan Songkok To Bone. (ist)
banner 325x300

BONE kaya budaya. Warisan leluhur tetap terjaga. Salah satunya Songkok To Bone atau biasa disebut juga Songkok Recca.

Hiruk-pikuk di Halaman Rumah Jabatan Bupati Bone, sangat ramai, Sabtu (20 April 2024). Masyarakat hingga pejabat kompak mengenakan kostum bernuansa adat. Dari ujung kaki hingga kepala.

banner 728x90

Keramaian tersebut merupakan suasana puncak peringatan Hari Jadi Bone (HJB) ke-694 tahun 2024 yang dipusatkan di Halaman Rumah Jabatan Bupati Bone.

Bukan sekadar kegiatan seremonial belaka, namun momentum HJB yang diperingati setiap tahunnya daerah berjuluk Bumi Arung Palakka sarat akan pesan penting bagi generasi penerus.

Salah satunya, pesan untuk mencintai kebudayaan, sekaligus melestarikan warisan leluhur.

Salah satu warisan penting yang dimiliki Kabupaten Bone adalah Songkok To Bone. Bahkan sudah diakui sebagai warisan budaya tak benda Indonesia.

Proses pengambilan pelepah daun Lontar yang akan dipakai pembuatan Songkok To Bone.

Penetapan secara resmi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI disampaikan dalam Malam Apresiasi Penetapan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Tahun 2018 silam.

Siapa sangka, songkok yang terbuat dari pelepah daun lontar ini sudah ada sejak zaman dahulu atau masih dalam suasana Kerajaan Bone, tetap terpelihara hingga era digital saat ini.

Eksistensi Songkok To Bone, tidak lepas dari semangat dan komitmen pengrajin untuk terus menjaga dan melestarikan warisan leluhur.

Seperti yang dilakukan salah satu pengrajin sekaligus pengusaha Songkok To Bone yang bernama Hj Suriyani.

Perempuan kelahiran 1971 ini bercerita, salah satu bagian penting masih terjaganya Songkok To Bone karena ketersediaan bahan baku, yakni pelepah daun Lontar.

Namun, dirinya akan merasa galau dikala ada pohon Lontar yang mati. Apakah karena usianya yang sudah tua atau faktor lainnya.

Sebagai pengusaha Songkok To Bone, Suriyani tidak semata-mata mengejar keuntungan bisnis, melainkan ikut berkontribusi dalam menjaga kelangsungan Songkok To Bone.

Hal itu diwujudkan dengan ikut berkomitmen dalam menjaga kelangsungan pohon Lontar.

“Kami miliki lebih 100 pohon yang tersebar di Kecamatan Awangpone dan Tanete Riattang Barat. Sayangnya, sekitar 50 persen diantaranya sudah tua,” ucapnya, kepada Nalarmedia, Sabtu (20 April 2024).

Ibu tiga anak yang memiliki toko Songkok To Bone di Kelurahan Polewali, Kecamatan Tanete Riattang Barat mengaku, perlu adanya perhatian juga dari pemerintah terhadap masa depan pohon Lontar.

“Waswas juga ketika pohon Lontar berkurang. Belum pernah saya dengar ada program penanaman atau peremajaan pohon Lontar. Apa yang saya lakukan sekarang masih bersifat mandiri. Sudah perlu ada perhatian dari pemerintah untuk ini,” tutur Suriyani.

Apalagi kata Suriyani, peminat Songkok To Bone bukan saja yang tinggal di Bone atau daerah di provinsi Sulawesi Selatan.

“Bahkan ada pesanan dari luar negeri, seperti Malaysia maupun Singapura terhadap Songkok To Bone,” ungkapnya.

Momentum jelang HJB seperti ini, pengrajin dan pengusaha merasakan tingginya permintaan terhadap Songkok To Bone.

“Kami menjual mulai dari harga Rp70 ribu sampai Rp2 juta (per Songkok To Bone, red),” sebutnya.

Senada apa yang dirasakan Hj Suriyani juga dimaknai oleh Kepala Dinas (Kadis) Pariwisata Kabupaten Bone, Andi Promal Pawi.

“Harusnya sudah ada peremajaan atau sudah harus diprogramkan (untuk pohon Lontar, red). Karena Songkok To Bone ini sudah menasional dan banyak peminatnya dan tentu ini banyak membutuhkan bahan baku,” sebut Kadis yang akrab disapa Puang Ommang.

Demikian dirasakan Ketua DPRD Kabupaten Bone, Irwandi Burhan. Perlu ada langkah serius ke depannya agar pohon Lontar tetap terjaga kelangsungan dan kualitasnya.

Pengrajin sibuk membuat Songkok To Bone yang terbuat dari pelepah daun Lontar.

“Jangan sampai habis baru mau kita bertindak,” akunya.

Adapun Kadis Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Kabupaten Bone, Andi Asman Sulaiman mengakui, ada banyak manfaat dari pohon Lontar yang dirasakan manusia.

“Bukan semata pelepah daun yang dimanfaatkan, tetapi batang dan buahnya juga berguna bagi masyarakat,” ujar Kadis Asman.

Refleksi Nilai Budaya

Peringatan HJB ke-694 tahun 2024 oleh Pemkab Bone mengusung tema besar, ‘Mattuppu ri Ade’e, Mappasanre ri Sarae’.

Tema tersebut mempunyai arti yang dalam, yakni sendikan pada adat, dan sandarkan pada agama.

Pj Bupati Bone Andi Islamuddin dalam sambutannya menyampaikan, Hari Jadi Bone ke-694 merupakan momentum refleksi kekayaan nilai budaya Kerajaan Bone di masa lampau.

“Tahun ini mengenang kembali semangat histori dan kejayaan Kerajaan Bone di masa lampau yang kental dengan nilai budaya dan agama,” ucap Andi Islamuddin.

Orang nomor satu di daerah berjuluk Bumi Arung Palakka ini mengajak masyarakat untuk tetap merawat dan melestarikan kearifan lokal Bone yang kaya budaya. Dimana agama menjadi semangat membangun Kabupaten Bone. (Muhammad Ashri Samad)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *