Ironi Berbuah Prestasi, Jatuh Bangun Bone Raih Adipura Akhiri Puasa 16 Tahun

Personel Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bone sibuk membersihkan gorong-gorong. (ist)
banner 325x300

KITA boleh kurang dalam hal sarana dan prasarana, boleh kurang dalam hal dana operasional, tetapi kita tidak pernah kekurangan semangat, keikhlasan, dukungan dan doa, serta pengabdian tanpa batas.

Auditorium Dr. Soedjarwo, Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Pusat, jadi saksi. Usaha tidak mengkhianati hasil.

banner 728x90

Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, kembali mendapatkan kepercayaan, meraih Piala Adipura 2023, Selasa (5 Maret 2024).

Penghargaan prestise bagi daerah yang sukses dalam mengelola kebersihan dan lingkungan.

Torehan manis Piala Adipura Bone ini sekaligus mengakhiri puasa 16 tahun. Pengakuan bahwa daerah berjuluk Bumi Arung Palakka menjadi tempat dengan pengelolaan kebersihan dan lingkungan yang (mulai) baik.

Personel Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bone membersihkan sampah di luar kontainer. (ist)

Perjuangan mendapatkan Adipura, tidak semudah membolak-balikkan telapak tangan. Ada cucuran air mata dan tetesan keringat yang membasahi dalam perjalanannya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bone, Dray Vibrianto menjadi nakhoda sekaligus garda terdepan yang pasang badan siap mendapatkan tekanan dari berbagai arah. Khususnya, masalah kebersihan.

Beruntungnya, Kadis Dray beserta jajaran DLH Bone tidak terlalu “Baperan”. Betapa tidak, di kala orang sibuk berhari raya atau dalam suasana acara, Dray beserta tim justru sibuk mengurusi kotoran yang mengganggu kesehatan maupun pandangan.

Tak kenal waktu, mulai pagi, siang, sore, malam, hingga ketemu pagi keesokan harinya. Pantang pulang, sebelum kondisi aman terkendali.

Bukan karena takut tekanan atau berharap belas kasihan, personel DLH Bone dengan modal semangat dan rasa tanggung jawab di dada memahami pentingnya peran yang dikerjakan.

Bukan semata untuk kepentingan pribadi atau mengejar Piala Adipura, tetapi ada sisi edukasi dan ajakan menggerakkan hati nurani untuk bersama-sama lebih peka terhadap kebersihan lingkungan.

Perjalanan mendapakatkan adipura hari ini sungguh bukanlah proses yang instan. Dimulai dengan pemahaman sebagian masyarakat termasuk elit masih meremehkan tentang masalah persampahan.

Lalu, sarana dan prasarana yang jauh dari memadai, sebagai perbandingan untuk melayani kurang lebih 150 ribu jiwa penduduk Watampone hanya dilayani oleh 16 bak kontainer, 14 mobil truk sampah yang usia pakainya rata-rata lebih dari 10 tahun bahkan alat berat yang digunakan di TPA Passippo usianya tua dan hampir tiap bulan mengalami kerusakan.

Belum lagi operasional yang jauh dari cukup, tidak jarang kendaraan pengangkut sampah harus berhenti beroperasi karena kehabisan BBM dan rusak.

Sepanjang tahun-tahun sebelumnya media-media dan medsos hampir tiap hari menyuarakan keluhan masyarakat tentang sampah yang tidak tertangani, tentang masyarakat sekitar TPA Passippo yang berdemo akan menutup TPA karena bau yang menyengat.

Siapa sangka, ironi yang mendera DLH Bone justru mampu melahirkan pengakuan luar biasa. Piala Adipura.

Dengan raihan ini, harus menjadi refleksi bersama. Pemangku kebijakan harus menunjukkan komitmen yang nyata. Bukan sekadar berkata-kata, tetapi ditunjukkan melalui aksi bukan seremonial belaka.

Masyarakat pun layak bangga. Buah manis kerja keras ini tidak akan bertahan lama, jikalau tanpa kontribusi bersama melalui kepedulian untuk mengurusi persampahan dimulai pada diri sendiri.

Hal ini sesuai dengan ungkapan bahwa kebersihan sebagian dari iman. Demikian seruan “kalau tidak bisa membersihkan, setidaknya tidak mengotori”.

Personel Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bone mengelola TPA Passippo dengan penuh keterbatasan. (ist)

Demikian pada jajaran DLH Bone di bawah nakhoda Dray Vibrianto terus memperbaiki manajemen internal DLH, membuat sarana dan prasarana kami harus operasional, melakukan berbagai inovasi yang mudah diaplikasikan dan tidak bosan-bosannya mengajak semua pihak untuk terlibat karena masalah sampah adalah tanggung jawab bersama. Harus bekerja dengan cerdas, tidak sekadar kerja keras.

Pelan-pelan kerja-kerja ini mulai menunjukan hasil, walau kritik, cemohan dan sinis masih tetap ada, DLH Bone menganggap semuanya sebagai bagian motivasi untuk berkinerja lebih baik.

Piala Adipura bukanlah akhir, ini adalah sebuah proses. Karena sejatinya setiap hari adalah penilaian adipura yang jurinya adalah seluruh masyarakat.

Piala adipura pun sejatinya bukanlah untuk DLH, tetapi untuk masyarakat kota Watampone, olehnya semoga dengan adanya piala adipura membuat seluruh masyarakat kota Watampone menyadari dan bersama-sama melakukan upaya penanggulangan sampah demi lingkungan yang lebih baik.

Terima kasih untuk seluruh pihak yang telah membantu, mendukung dan bersama-sama kami berupaya mengatasi masalah sampah, dan terkhusus terimakasih kepada seluruh personel DLH tanpa terkecuali, petugas sampah, pekerja RTH dan lainnya yang bekerja dengan keikhlasan tanpa pernah mengeluh. Anda adalah orang-orang hebat dan sebuah kehormatan bisa memimpin rekan-rekan semua. Semoga apa yang kita lakukan menjadi amal kebaikan. (*/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *