MAKASSAR, NALARMEDIA — PT PLN (Persero) berkomitmen mempercepat transisi energi Indonesia dengan meningkatkan kapasitas pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT).
Potensi besar EBT yang saat ini tengah digarap PLN adalah pembangkit listrik berbasis panas bumi _(geothermal)_, angin (bayu), surya dan air _(hydro)_ yang punya potensi besar untuk menggantikan pembangkit berbasis batu bara khususnya di provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat.
Pemerintah telah berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen di tahun 2030 dan mencapai _Net Zero Emission_ (NZE) pada 2060.
Hal tersebut telah terimplementasi dalam program transformasi PLN dimana aspirasi _Green_ menjadi semangat untuk menghadirkan energi ramah lingkungan.
Dalam acara _Hasanuddin Techno Fest #8_ Seminar Nasional dengan tema “Renewable Energy for National Prosperity” di Universitas Hasanuddin, Kabupaten Gowa, Selasa (5 Maret 2024), General Manager PLN Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar), Moch. Andy Adchaminoerdin memaparkan strategi PLN dalam percepatan transisi energi.
“Dalam hal ini sumber daya EBT Indonesia yang melimpah perlu segera dimaksimalkan pemanfaatannya untuk pengadaan energi bersih. PLN telah bertransformasi untuk tidak hanya menjalankan _bussines as usual_ agar dapat membantu menekan emisi gas karbon sehingga tercapai target NZE tahun 2060,” ujar Andy.
Andy menambahkan, selain melalui program transformasi yang sudah dicanangkan, PLN juga menginisiasi delapan program untuk percepatan transisi energi diantaranya, _early retirement_ Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), implementasi _co-firing_ dan pengembangan biomassa, _co-firing_ hidrogen dan amonia, penerapan teknologi CCUS _(Carbon Capture Utilized and Storage)_, membangun lebih banyak pembangkit EBT, _roll out smart grid_, layanan sertifikasi _Renewable Energy Certificate (_REC_), serta pengembangan ekosistem _Electric Vehicle_.
Andy mencatat, bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) di Sistem Kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) adalah sebesar 45,78 persen, jauh di atas dari rata-rata target nasional di tahun 2025 yaitu 23 persen.
Tidak hanya itu Andy merinci, PLN di Regional Sulawesi sendiri juga sudah menerapkan beberapa program transisi energi, diantaranya _Smart Grid_ di dua subsistem yaitu Selayar dan Tahuna, 20 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) PLN UID Sulselrabar di 12 lokasi tersebar, serta layanan sertifikasi _REC_ di wilayah kerja PLN UID Sulselrabar yang mencapai 19.927 unit.
Lebih lanjut, kata Andy semakin terwujudnya program transisi energi dan ekosistem kendaraan listrik nantinya akan mendukung ketahanan energi nasional. Karena akan mengubah ketergantungan konsumsi masyarakat dari energi fosil berbasis impor ke energi listrik domestik.
“Ini bukan sekedar kita beralih ke energi masa depan yang bersih dan ramah lingkungan, yaitu listrik. Ini sekaligus _shifting_ energi fosil yang berbasis impor ke listrik domestik yang ramah lingkungan,” pungkas Andy.
Sementara itu Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Faizal Arya Sammar mengungkapkan optimismenya terhadap pengalaman PLN dalam bidang ketenagalistrikan serta kolaborasi dengan berbagai pihak akan melakukan langkah percepatan transisi energi baik dari sisi pasokan maupun ekosistem kendaraan listrik.
Senada, mahasiswa Teknik Elektro Universitas Hasanuddin, Alfarizi optimis PLN dapat melakukan langkah-langkah strategis untuk mewujudkan NZE di tahun 2060.
“Dengan kolaborasi dari seluruh kalangan baik itu dari pemerintah, PLN, sektor swasta dan akademisi kami optimis inovasi dapat mewujudkan energi yang ramah lingkungan bagi masyarakat,” ujar Alfarizi.(rls/red)